SASTRA PERTUNJUKKAN UPACARA ADAT SEBAGAI INDUSTRI KREATIF
Saat ini industri kreatif dapat dimanfaatkan di kalangan sastrawan untuk memasyarakatkan sastra. Dengan adanya anggapan bahwa sastra dapat dijadinya industri kreatif sehingga sastrawan dapat mencatatkan karyanya ke dunia industri kreatif. Di berbagai belahan dunia, industri kreatif tak jarang dijadikan media pemasyarakatan sastra. Tak cuma sebagai media bagi sastrawan untuk mengenalkan karyanya ke publik. Tapi industri kreatif tak jarang menjadi lahan basah yang mampu memperbaiki ekonomi keluarga. Dengan demikian tak ada alasan bagi sastrawan untuk menolak rezeki yang ditawarkan industri kreatif. Sastrawan butuh perbaikan gizi dan perbaikan rezeki. Sehingga dapat merubah anggapan sebagaimana selama ini bahwa sastrawan identik dengan kemelaratan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Contoh Putu Wijaya dan Goenawan Mohamad yang mampu eksis dengan memanfaatkan ruang yang disediakan industri kreatif.
Dengan mengapresiasikan Sastra melaui industri kreatif tentu dapat menjadikan suatu bakat seni atau hobby menjadi suatu hal yang bermanfaat dan menghasilkan pendapatan. Tidak hanya bertujuan untuk menyalurkan bakat dan hobby, melalui industri kreatif ini sastra akan benar-benar mehasilkan suatu produk yang dapat bermanfaat bagi pencipta dan juga bagi pengguna. Salah satunya yaitu melalui Sastra Pertunjukan dalam bentuk “Upacara Adat” atau yang juga disebut Prosesi Mapag Panganten yang berasal dari budaya sunda yang sering dilakukan ketika penyambutan pengantin dalam pernikahan adat sunda. Upacara Adat sebagai budaya yang sering digunakan dalam acara pernikahan merupakan bagian dari karya Sastra yang berupa pertunjukan yaitu pertunjukan Penyambutan Pengantin.
Karesmen mapag panganten atau upacara penyambutan penganti yang biasa dilakukan dikalangan masyarakat indonesia,khususnya masyarakat jawa barat, adalah salah satu seni yang biasa dilakukan dalam masyarakat yang dari awal dilakukan dan sampai sekarang mengalami perkembangan, menjadikan seni tersebut banyak diminati oleh masyarakat, dan menjadikan seni tersebut menjadi satu industri yang menarik. Tak hanya sebuah tradisi yang dipergunakan untuk melengkapi sebuah prosesi pada suatu acara pernikahan. Namun dalam upacara adat terdapat sebuah simbol-simbol yang memiliki makna suatu nasihat kehidupan bagi seseorang yang akan menghadapi kehidupan baru dalam membina rumah tangga. Dari setiap gerak, tarian, iringan musik dan lantunan kawih sunda. Terkandung beragam makna yang begitu mendalam lewat sebuah sastra yang begitu indah.
Dengan tidak menghilangkan benang merah pada seni tersebut, para seniman melakukan berbagai hal untuk mengembangkan seni tersebut untuk membuatnya lebih menarik. Seiring perkembangan jaman, pertunjukan Upacara Adat dikemas dalam balutan yang berbeda. Para pelaku seni merubah dan mengemasnya dalam perpaduan seni lainnya. Dengan memasukkan ide-ide dari gerak tari, iringan, bahkan komposisi-komposisi yang lainnya. Ada juga penambahan tokoh, personil dan alat musik menyesuaikan keadaan jaman. Diantaranya yaitu tokoh lengser yang berperan sebagai sesepuh yang diamanatkan menyambut sang pengantin melalui gelak tarian jenaka yang dapat menghibur. Kemudian tarian Rama dan Sinta yang melambangkan pasangan yang serasi. Lalu pembawa payung dan juga sekelompok penari yang memberikan persembahan lewat gerakan indah gemulai.
Karena tuntutan ekonomi, komersialisasi seni tradisional telah menjadi suatu realitas di dalam kehidupan masyarakat. Semakin pertunjukannya dikemas dengan penyajian yang bagus dan menarik, maka akan semakin mengkatkan nilai jualnya. Seperti dari iringan musik yang dimainkan secara langsung atau biasa disebut “Live” dengan berbagai alat musik dan pemain yang sangat mahir memainkannya diantaranya seperti Kacapi, Suling, Kendang, dan lainnya. Lalu penyanyi yang biasa disebut juru Kawih, dapat melantunkan kawih sunda yang begitu lembut. Penampilan lengser yang begitu jenaka dan sangat menghibur. Kemudian kostum penari yang sangat indah juga gerakannya. Itu semua merupakan penunjang agar pertunjukan Upacara Adat tersebut menjadi meriah dan berkualitas. Disitulah peran sastra dalam industri kreatif yang mampu menjadikan sebuah karya menjadi penghasilan. Maka dapat katakan bahwa kedudukan sastra dalam industri kreatif harus dilihat sebagai peluang untuk memanfaatkan sastra lebih secara ekonomi praktis dalam industrialisasi sehingga manfaat dari segi finansial tidak lagi menjadi prioritas yang dikesampingkan. Hal tersebut merupakan perwujudan industrialisasi sastra dapat dilihat dengan memperhatikan keunggulan sastra. Semua orang dapat menciptakan karya sastra yang baik untuk masuk dalam industri kreatif.
Kualitas merupakan salah satu penunjang meningkatnya nilai jual suatu karya. Hal tersebut dapat dimiliki setiap pelaku seni jika karyanya berkualitas dan disukai khalayak umum, dapat dikatakan karya tersebut laku dimasyarakat juga terkenal. Seperti sebuah sanggar di Purwakarta yang bernama “Sakula”. Sanggar tersebut merupakan sanggar tari yang terkenal di Purwakarta yang dikelola oleh kang Nana Noro. Sakula tak hanya menampilkan pertunjukan Upacara Adat yang bagus, namun megah dan meriah. Melalui kepiawaiannya dalam berseni dan kemampuannya yang serba bisa dan kang Nana Noro bisa menghasilkan seniman-seniman yang berkualitas dan mahir dalam menampilkan hasil karyanya. Semua personil Upacara Adat merupakan tokoh-tokoh yang benar-benar mampu menampilkan penampialan terbaik disetiap pertunjukannya, mulai dari Lengser yang berdandan naturai selayaknya orang yang sudah Tua, kemudian penari yang didukung oleh kostum yang indah dan gerak tarian yang gemulai dan energik. Semua peran dan tampilan begitu dikemas secara profesinal dan memiliki kualitas seni yang dapat menghibur masyarakat.
Itulah suatu karya Sastra Pertunjukan sebagai Industri kreatif yang memiliki nilai jual dan kualitas tinggi. Mampu memberikan hiburan bagi banyak orang, juga dapat meghasilkan pendapatan bagi pelaku seni, sehingga suatu karya memiliki banyak manfaat. Tak hanya dari satu pihak, tetapi semua dapat merasakan dan mendapatkan keuntungan baik berupa materi ataupun kepuasan hati. Hal tersebut merupakan proses integrasi dan hasil sentuhan modernisasi. Pertunjukan “Upacara Adat” ini, selain berfungsi sebagai hiburan, pemertebal rasa silidaritas kolektif, dan sarana kritik sosial. Sastra tradisional itu mencerminkan alam pikiran, pandangan hidup, serta ekspresi rasa komunitas tertentu. Menjadi manusia kreatif untuk menciptakan alternatif baru bagi kemaslahatan kehidupan. Karya sastra yang baru berarti inovatif, belum ada sebelumnya, menarik atau unik.
Post a Comment for "SASTRA PERTUNJUKKAN UPACARA ADAT SEBAGAI INDUSTRI KREATIF"